DeepSeek panel discussion Indonesia AI kecerdasan buatan
East Ventures

Share

7 Februari 2025

Insights

Dampak kehadiran DeepSeek terhadap lanskap kecerdasan buatan di Indonesia

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intellegence (AI) di Indonesia telah berkembang pesat dalam beberapa waktu terakhir. Bagaimana tidak, AI sudah menjadi alat bantu yang penting dalam menyelesaikan berbagai permasalahan manusia serta mendukung pertumbuhan banyak bisnis. Hal ini semakin relevan dengan kemunculan DeepSeek, sebuah perusahaan perangkat lunak AI asal Tiongkok yang menawarkan model bahasa besar (LLM) berbasis open-source. Kehadirannya telah memicu diskusi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Untuk membahas fenomena tersebut, East Ventures mengadakan panel diskusi bertajuk “How DeepSeek changes opportunities in Indonesia’s AI landscape” yang dihadiri oleh Willson Cuaca, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures, Andrian Kurniady, CTO in Residence East Ventures, Hokiman Kurniawan, Co-founder and CEO Meeting.ai dan Alvin Francis Tamie, CTO Ruangguru sebagai pembicara.

DeepSeek didirikan pada tahun 2023 oleh Liang Wenfeng, seorang pebisnis dan profesional dalam dunia kecerdasan buatan. Sebelum mendirikan DeepSeek, Liang memiliki pengalaman lama di sektor teknologi dan keuangan, termasuk sebagai pemimpin tim penelitian algoritmik di hedge fund ternama High-Flyer. 

Dibandingkan dengan AI yang lain, sebetulnya DeepSeek menggunakan teknik yang sudah lama diketahui oleh para pakar IT. Namun ada beberapa hal yang membuat DeepSeek ini spesial.

“Teknik yang digunakan DeepSeek bukan sesuatu yang baru, DeepSeek menggunakan teknik reinforcement learning dan mixture of experts yang sudah ada 10 tahun lalu. Tapi yang membuatnya spesial adalah dari sisi performance, DeepSeek bisa menandingi OpenAI atau bahkan lebih canggih. Kedua jauh lebih murah dari sisi cost. Ketiga, DeepSeek tergolong dalam open source yang memungkinkan AI ini bisa diunduh di komputer masing-masing secara gratis,” jelas Andrian.

Dengan banyaknya kelebihan yang ditawarkan oleh DeepSek, hal ini membuka peluang bagi lebih banyak startup untuk mengadopsi teknologi AI dan menurunkan biaya pengembangan secara signifikan.

“Jika biaya pengembangan teknologi AI menurun, kita seharusnya dapat mengidentifikasi masalah lokal dan memanfaatkan teknologi yang terjangkau untuk menyelesaikan masalah lokal tersebut. Pendekatan ini menawarkan peluang yang jauh lebih besar bagi startup untuk terus berkembang,” terang Willson.

Potensi DeepSeek kedepannya sangat besar. DeepSeek bisa membantu mengatasi masalah di berbagai jenis industri startup di Indonesia, khususnya yang memanfaatkan AI di dalam produknya. 

Dari sektor pendidikan, Ruangguru memanfaatkan AI untuk menghadirkan produk chatbot yang bisa menjadi sahabat bagi para siswa ketika mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas. AI ini akan membantu mereka untuk menjawab segala macam pertanyaan yang sudah diajarkan oleh para guru. Ruangguru melihat bahwa dengan hadirnya DeepSeek, chatbot yang dimiliki dapat menjawab lebih banyak pertanyaan dari siswa dengan biaya yang jauh lebih efisien.

“Dengan adanya DeepSeek, kita bisa menggunakan lebih banyak konteks pembelajaran bagi siswa. Dulu mungkin kecerdasan buatan kita hanya bisa mengingat 2 sampai 3 paragraf konteks pembelajaran saja karena biayanya tinggi. Namun dengan DeepSeek, memungkinkan AI menyimpan lebih banyak histori pembelajaran karena lebih murah. Ini sangat berguna karena ketika siswa berinteraksi, AI bisa memberikan rekomendasi bahan dan metode pembelajaran yang sesuai”, ucap Alvin.

Contoh lain adalah Meeting.ai, sebuah alat berbasis AI yang dirancang untuk mentranskrip, mengatur, dan merangkum rapat secara online, offline, maupun dari hasil rekaman meeting.  Dengan memanfaatkan DeepSeek, memungkinkan Meeting.ai untuk mendemonstrasikan kemampuan transkripsi real-time selama acara dengan lebih presisi dengan biaya yang lebih rendah.

“Yang menarik dari DeepSeek adalah tidak hanya sangat bagus secara performa, tetapi juga sangat murah dalam pembuatannya. Dari paper yang mereka buat, biaya produksi DeepSeek sekitar US$5 juta. Sebagai perbandingan, perusahaan seperti Meta memerlukan paling tidak US$100 jutaan untuk membuat kecerdasan buatannya,” terang Hokiman.

Dalam acara panel diskusi ini, Meeting.ai sudah menggunakan teknologi open source dari DeepSeek yang terbukti murah dan memiliki performa yang sangat baik dalam melakukan real-time transcription.

Ikuti acara menarik dan informatif dari East Ventures di sini.