Insights
Teknologi konsumen: Harapan di tengah tantangan pendanaan startup
Dalam lanskap pendanaan startup yang penuh tantangan dan ditandai oleh ketidakpastian ekonomi serta iklim investasi yang berfluktuasi, teknologi konsumen menawarkan potensi pemulihan yang menjanjikan. Hal ini disampaikan oleh para panelis dalam Indonesia PE-VC Summit 2025 yang diselenggarakan oleh DealStreetAsia pekan lalu.
Dalam diskusi panel bertajuk “Akankah Tema Teknologi Konsumen Mengarahkan Pendanaan Startup ke Jalur Pemulihan?”, para peserta mengindikasikan bahwa dengan berfokus pada penyediaan nilai yang berarti melalui solusi inovatif, startup dapat menangkap pangsa pasar yang signifikan dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan.
Christin Djuarto, Direktur Eksekutif Shopee Indonesia, mengatakan, “Pengalaman kami menunjukkan bahwa jika kami membawa inovasi yang baik dan nilai yang berarti bagi pembeli, kami masih dapat menangkap pangsa pasar yang cukup besar.”
Strategi ini menekankan pentingnya fokus pada nilai pengguna yang otentik untuk mempertahankan relevansi dan meningkatkan profitabilitas.
“Saya pikir hal utama yang saya pelajari adalah mengenai pasar, dan akan lebih baik jika kita hanya fokus pada nilai apa yang kita berikan kepada pengguna. Dalam e-commerce, misalnya, kami telah menghabiskan banyak waktu dalam beberapa tahun terakhir untuk meneliti inti dari pengalaman pengguna, memastikan bahwa ketika pembeli benar-benar melakukan pembelian, mereka mendapatkan nilai dari transaksi tersebut,” tambahnya.
Penargetan strategis di tengah tantangan ekonomi
Roderick Purwana, Managing Partner di East Ventures, menyoroti bahwa dalam diskusi terbaru, ada banyak perhatian terhadap menurunnya daya beli konsumen, yang dapat dikaitkan dengan beberapa faktor seperti siklus pemilu, baik nasional maupun regional, serta tantangan ekonomi global dan meningkatnya inflasi. Faktor-faktor ini tentu memiliki dampak tersendiri.
Namun, jika kita melihat data lebih mendalam untuk negara sebesar Indonesia, tidak semua sektor dan wilayah terkena dampak yang sama, jelasnya. Beberapa sektor berkinerja lebih baik dibandingkan yang lain, dan beberapa wilayah di Indonesia, seperti kota-kota sekunder, justru mengalami pertumbuhan.
“Misalnya, dalam industri kopi, kami melihat bahwa beberapa toko dengan kinerja terbaik berlokasi di kota-kota seperti Manado, Balikpapan, dan Medan, bahkan mengungguli beberapa pasar yang lebih besar. Ini menunjukkan bahwa di area-area ini, permintaan konsumen masih kuat dan terus bertumbuh. Secara keseluruhan, meskipun ada tantangan ini, PDB Indonesia terus tumbuh sekitar 5%,” jelasnya.
Ia juga mencatat bahwa suku bunga di AS tetap tinggi, menyebabkan tantangan mata uang di Asia Tenggara dan bagian lain Asia. Dengan tarif yang akan diterapkan oleh Presiden Donald Trump, ada kekhawatiran mengenai inflasi yang meningkat dan penguatan dolar AS.
“Bagi investor AS, pasar mereka besar, beragam, dan dalam, sehingga tetap menjadi fokus utama mereka. Sementara itu, investor China semakin melihat ke luar negeri karena tantangan di dalam negeri mereka, sehingga beralih ke kawasan seperti Asia Tenggara dan India. Banyak investor dari China dan Timur Tengah melihat potensi di wilayah-wilayah ini, khususnya di Indonesia, yang dianggap sebagai titik cerah di Asia Tenggara. Investor ingin mengetahui pasar spesifik mana yang menawarkan peluang terbaik,” tambah Roderick Purwana.
Kemampuan sumber daya manusia
Menurut Mesty Ariotedjo, CEO Tentang Anak, penurunan daya beli dan kinerja ekosistem startup yang dianggap kurang optimal tidaklah mengejutkan. Situasi ini sebagian disebabkan oleh peringkat Indonesia yang rendah dalam Human Capital Index, yang berada di bawah rata-rata bahkan di Asia Tenggara. Akibatnya, ketika startup ingin berkembang dengan cepat dan efektif, mereka sering kali menghadapi tenaga kerja yang belum sepenuhnya siap.
Kunci utamanya adalah meningkatkan kemampuan sumber daya manusia Indonesia. Ariotedjo menyatakan, “Investasi sumber daya manusia sangat penting untuk pertumbuhan startup; ini berarti menangani tantangan sosial yang mendasar.”
Startup yang berfokus pada pendidikan dan kemajuan komunitas dapat menarik investor yang mencari dampak yang nyata. Fokus pada pengembangan manusia ini dapat menjadi faktor penting bagi pemulihan pendanaan startup, menarik pemangku kepentingan yang tertarik pada manfaat sosial jangka panjang.
Penyeimbangan antara pertumbuhan dan valuasi
Randolph Hsu dari Ondine Capital menekankan perlunya pertumbuhan yang seimbang dan valuasi yang realistis.
“Dari pengamatan dan analisis kami terhadap indikator makroekonomi, kami terus melihat pertumbuhan di berbagai sektor di pasar Indonesia. Meskipun kita masih dalam tahap awal penetrasi pasar, sebagai investor, kami harus mempertimbangkan harga dengan hati-hati,” terangnya.
“Valuasi mungkin sedikit meningkat dibandingkan tiga tahun lalu. Ini menunjukkan bahwa pasar masih dalam proses penyesuaian. Oleh karena itu, meskipun kami tetap antusias terhadap pasar ini, kami melangkah dengan hati-hati dan memperlambat kecepatan investasi kami,” tambah Hsu.
Menurut Djuarto dari Shopee, meskipun tantangan masih ada, wawasan dari para pemimpin industri menunjukkan bahwa dengan fokus pada penyediaan nilai yang berarti, menyelesaikan masalah nyata, dan pertumbuhan yang strategis. Startup dapat kembali ke jalur pemulihan.
“Teknologi konsumen, yang berakar pada peningkatan pengalaman konsumen dan pemenuhan kebutuhan dunia nyata, menghadirkan peluang baru bagi pendanaan startup,” tambahnya.
Seiring dengan semakin selektifnya investor yang menaruh perhatian pada keberlanjutan dan inovasi, startup yang menyelaraskan tujuan mereka dengan kebutuhan masyarakat yang lebih luas kemungkinan besar akan mendapatkan pendanaan yang diperlukan untuk berkembang.
“Kami berfokus pada pengukuran dan analisis conversion rate sebagai bagian dari strategi kami. Peningkatan AI, khususnya ulasan yang lebih baik, telah menghasilkan pertumbuhan komersial yang signifikan. Sistem obrolan berbasis AI kami, yang dilatih berdasarkan banyak interaksi, membantu penjual merespons pertanyaan pembeli, meningkatkan efisiensi lebih dari 50%,” tambah Djuarto.
Roderick Purwana dari East Ventures mengatakan, “Kami memiliki dana investasi yang berdasarkan pada fokus sektor. Fokus terbaru kami adalah di sektor kesehatan, yang kami lihat memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, kami telah mencapai kemajuan besar dalam mengembangkan ekosistem kesehatan, termasuk peningkatan kapasitas dokter, perawat, dan rumah sakit. Namun, masih banyak yang harus dicapai. Kami mendorong founders yang kompeten dan passionate untuk memasuki sektor kesehatan dan memulai usaha baru guna lebih memajukan bidang yang penting ini.”
______________________________________________________________
Artikel asli telah terbit di DealStreetAsia pada Rabu, 22 Januari 2025.