Indonesia’s F&B startups are more robust with the resilience of Indonesia’s economy

Startup F&B Indonesia semakin tangguh dengan ketahanan ekonomi Indonesia

Tesis East Ventures terhadap startup F&B DTC

24 Juni 2022

Industri makanan dan minuman (F&B) tampil sebagai sektor yang tangguh bagi Indonesia meskipun sempat mengalami perlambatan di masa pandemi. Ketika sebagian besar industri mengalami kontraksi, sektor F&B masih tumbuh sebesar 0,2 persen year-on-year (YoY) pada kuartal kedua tahun 2020, seperti yang ditunjukkan dari data Badan Pusat Statistik (BPS).

Meski pandemi telah menghambat pergerakan fisik, termasuk pembatasan aktivitas makan di restoran pada 2020, industri F&B dapat bangkit dengan stabil berkat kehadiran digital.

Pengiriman makanan online telah menjadi infrastruktur utama untuk mendukung ekosistem F&B. Menurut laporan Google, Temasek, Bain & Co pada tahun 2021, permintaan layanan pesan-antar makanan online di Indonesia meningkat signifikan, didorong oleh banyaknya pemain lama dan kehadiran pemain baru. Tingkat permintaan telah meningkat dibandingkan dengan tingkat pra-pandemi.

Gross Merchandise Value (GMV) sektor transportasi dan pengantaran makanan secara online diperkirakan naik 36% dari US$ 5.1 Miliar pada 2020 menjadi US$ 6.9 miliar pada 2021. Industri ini diperkirakan tumbuh hingga US$ 16,8 miliar pada 2025.

Didukung dengan layanan pesan-antar makanan, beberapa bisnis F&B vertikal telah muncul dan merebut pasar potensial, termasuk pemilik merek F&B, cloud kitchen, dan startup coffee chain.

Tahun ini, industri F&B telah pulih dari krisis COVID-19, karena pembatasan telah dilonggarkan, dan orang dapat kembali melakukan aktivitas makan di restoran. East Ventures melihat peningkatan jumlah orang yang memesan dan makan di restoran. Kami percaya pasar F&B akan tumbuh secara eksponensial setelah mengalami pertumbuhan yang lambat dalam dua tahun terakhir.

Tren Penetrasi ke kota tier 2 dan tier 3

Selain hiruk pikuk industri F&B di kota-kota besar, kami menemukan pergerakan di mana beberapa merek F&B memperluas pasar mereka ke kota-kota lapis (tier) kedua dan ketiga. Pergerakan ini didorong oleh kondisi ekonomi yang semakin kuat hingga mendorong konsumsi, baik di kota-kota besar, menengah, dan kota-kota kecil.

Laporan Asian Development Bank (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menjadi 5,0% pada 2022 dan 5,2% pada 2023, seiring permintaan domestik yang terus pulih. Tingkat pengeluaran konsumen dan aktivitas manufaktur Indonesia secara konsisten meningkat karena peningkatan pendapatan, pekerjaan, dan keyakinan konsumer.

Selain itu, konsumen di kota lapis kedua dan ketiga memiliki minat yang sangat besar untuk mencoba merek F&B baru yang sedang hype di Jakarta namun masih jarang ditemukan di tempat tersebut. Persaingannya juga tidak seberat di kota-kota besar, di mana para pemain F&B harus mengerahkan upaya yang signifikan untuk menarik pelanggan. Oleh karena itu, kami melihat pasar lapis kedua dan ketiga sangat potensial dan menggembirakan bagi para pemain F&B.

Standardisasi sangat penting untuk industri F&B

Pendanaan dari investor dan digitalisasi telah mendorong pertumbuhan pasar industri F&B jadi lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya.

Namun, kami melihat bahwa standardisasi adalah faktor yang sangat penting bagi bisnis F&B untuk bertahan jangka panjang, terutama bagi restoran yang sudah memiliki banyak rantai atau bertujuan untuk berkembang secara luas. Semakin banyak toko yang beroperasi di kota maupun di tempat yang berbeda, semakin rumit untuk menjaga kualitas layanan F&B di setiap toko. Oleh karena itu, teknologi sangat penting untuk membantu perusahaan dalam memastikan kualitas yang diberikan sama di setiap toko. Misalnya, bagaimana perusahaan dapat memanfaatkan gudang untuk sistem manajemen inventaris atau mengelola rantai pasokan untuk restoran mereka.

Tantangan lain yang kami lihat adalah ketatnya persaingan di industri F&B. Konsumen mungkin menemukan banyak pilihan menu yang serupa di antara banyaknya brand F&B. Beberapa brand lokal yang sedang naik daun juga menghadapi persaingan ketat dari merek-merek global yang sudah ada dan memiliki pasar yang kuat. Dengan demikian, startup F&B mungkin perlu mengeluarkan lebih banyak biaya pemasaran untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat dan kuat dalam merangkul pasar.

Startup F&B dalam ekosistem EV

Startup F&B dalam ekosistem EV

Sebagai perusahaan pertama yang percaya pada ekosistem digital di Indonesia, East Ventures menaruh minat yang kuat pada industri F&B, yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kami juga melihat beberapa integrasi di antara portofolio, seperti memasok beberapa produk dari perusahaan agritech kami ke industri F&B. Oleh karena itu, dari hulu hingga hilir, kami berinvestasi di ekosistem F&B, termasuk restoran, brand kopi, brand F&B, cloud kitchen, dan penyedia F&B back-end.

***

Oleh Mohammad Fahmi, Investment Associate di East Ventures