Produksi makanan berkelanjutan dengan menekan rantai pasok perikanan yang terfragmentasi di Indonesia

Tesis East Ventures terhadap agritech lokal, Aruna

23 Februari 2022

Dengan lebih dari 23 juta ton produksi makanan laut per tahun, Indonesia adalah negara kedua terbesar setelah China di pasar makanan laut secara global. Sektor perikanan telah menghasilkan pendapatan ekspor tahunan sebesar US$ 4.1 miliar, memberdayakan lebih dari 7 juta pekerjaan, dan berkontribusi terhadap 50% makanan protein hewani.

Akan tetapi, sektor ini belum menjadi fokus dari para investor lokal maupun global – dan industri ini juga menghadapi berbagai isu yang berlapis, terutama rantai pasok yang tidak efisien, kesejahteraan nelayan, praktik penangkapan ikan yang ilegal dan berlebihan, dan keberlanjutan secara jangka panjang. 

Rantai pasok telah menjadi kendala berkepanjangan bagi sektor ini, dengan berbagai masalah seperti biaya logistik yang tidak efisien, kurangnya infrastruktur penyimpanan dingin, rute pengiriman yang panjang, dimana menjadi konsekuensi dari kondisi geografis Indonesia yang tersebar dan luas. Hal ini semakin diperparah karena sebagian besar nelayan ini tinggal di daerah pesisir pedesaan dengan infrastruktur terbatas, jauh dari perkotaan Jakarta dan bagian barat Indonesia lainnya yang menjadi tempat tinggal banyak konsumen.

Kehadiran para tengkulak di rantai pasok, yang sebagian besar adalah ‘lintah darat’ telah membuat harga produk lebih tinggi, sementara para nelayan itu sendiri tetap miskin. Penghasilan rata-rata nelayan Indonesia rat hanya sekitar US$ 84 per bulan. Profesi nelayan termasuk profesi berpenghasilan paling rendah di negara ini, dan berkontribusi hingga 25% dari tingkat kemiskinan nasional.

Kondisi kehidupan nelayan yang memprihatinkan ini telah membawa masalah lainnya, seperti praktik penangkapan ikan yang tak berkelanjutan, baik itu penangkapan ikan ilegal dan penangkapan ikan yang berlebihan di laut. Praktik tersebut telah merusak habitat laut dan merugikan industri perikanan di Indonesia. Yayasan Strategi Konservasi memperkirakan bahwa praktik penangkapan ikan yang berbahaya, menyebabkan kerugian ekonomi lebih dari US$ 10 miliar setiap tahun, yang bahkan dapat melebihi seluruh hasil ekonomi sektor tersebut.

Kelestarian lingkungan dimulai dari masyarakat. Ini adalah visi Aruna sejak tahun 2016, yang telah membantu menekan kompleksitas sistem rantai pasokan dengan menghubungkan nelayan langsung ke pelanggan akhir, memangkas biaya, dan mengarah pada transparansi harga yang lebih baik.   

East Ventures telah berinvestasi di Aruna sejak tahun 2019 pada tahap awal (seed round) karena kami percaya pada pendiri Utari Octavianty, Farid Naufal Aslam, dan Indraka Fadhillah untuk menyelesaikan masalah ini melalui teknologi.

Kami meningkatkan investasi di Aruna pada putaran Seri A dan A+, pada tahun 2020 dan 2022. Kami melihat bagaimana perusahaan tersebut mempekerjakan lebih dari 25.000 nelayan di platformnya dan membantu meningkatkan pendapatan mereka lebih dari dua kali lipat. Kami percaya bahwa peningkatan kesejahteraan para nelayan ini akan menghasilkan keberlanjutan lingkungan jangka panjang, serta berkontribusi pada ketahanan pangan Indonesia.

Perusahaan startup ini juga telah berkontribusi pada perekonomian nasional dengan menciptakan 5.000 lowongan pekerjaan di daerah pedesaan pesisir, dimana Aruna menjadi satu-satunya penyedia lapangan kerja formal. 

Masalah dalam agritech – seperti yang ditangani oleh Aruna – sangat lokal dan unik di Indonesia. Namun, menyeimbangkan pembangunan ekonomi dan sosial dengan kelestarian lingkungan telah menjadi fokus global; dan Indonesia, salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, akan  menjadi episentrum. 

Tidak ada Uber, Amazon, atau Airbnb di dunia yang memecahkan masalah rantai pasokan kronis secara hiperlokal, dan tidak ada perusahaan rintisan dari Silicon Valley bagi Farid dan timnya untuk menjadi model Aruna. Namun, masalah yang ditangani Aruna sangatlah nyata. Problem ini juga terjadi di vertikal lainnya termasuk pertanian, unggas, kehutanan, dan masih banyak lagi. 

Di East Ventures, kami percaya perusahaan Indonesia, seperti Aruna, mampu membuat perbedaan; tak hanya secara lokal, namun juga dalam memecahkan masalah global. Bagi para pendiri startup lainnya, jika anda sedang mencari solusi untuk menyelesaikan masalah ini – kami ingin mendukung anda.

***

Oleh Pascal Christian Sarana, VP of Investment East Ventures