‘Ekosistem digital yang solid dan terintegrasi mempercepat laju ekonomi digital Indonesia’: Willson Cuaca

21 September 2021

Berikut adalah satu fakta memukau tentang negara tercinta kita, Indonesia: negara ini merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.508 pulau. Dari 600 juta populasi Asia Tenggara, 270 jutanya mendiami Indonesia. Lebih mengagumkannya lagi, Indonesia menguasai US$1.1 triliun dari total ekonomi Asia Tenggara yang berjumlah US$2.1 triliun. Artinya, Indonesia adalah pasar paling besar dan homogen di kawasan Asia Tenggara dengan potensi ekonomi yang melimpah. Banyaknya pulau yang merangkai negara ini juga menimbulkan rentetan inefisiensi yang harus diidentifikasi dan diatasi. Pasar yang luas dengan berbagai masalah di belakangnya adalah alasan East Ventures lahir. Selama masalah ada di sekitar kita, pasti selalu ada solusi dan inovasi yang bisa dipelopori.

Langit tinggi bukanlah batas

Indonesia di tahun 2009 sangat berbeda dengan Indonesia yang sekarang. Keriuhan startup belum pecah saat itu, tetapi para pendiri East Ventures bekerja tanpa lelah untuk merencanakan dengan cermat bagaimana memperbaiki infrastruktur digital Indonesia dan berkontribusi pada ekonomi digital negara. Dua belas tahun lalu, hanya 13% dari 230 juta penduduk Indonesia yang melek internet. Pertumbuhan populasi negara yang pesat, sayangnya, tidak dibarengi dengan pembangunan infrastruktur. Bagi banyak orang, persoalan ini terlalu sulit diatasi, tetapi East Ventures bertekad menyediakan jawaban dan menjadi bagian dari solusi. Langit bukanlah batas melainkan sudut pandang kami. Sebagai perusahaan modal ventura pertama di Indonesia, kami antusias dalam mendukung pendiri yang semangat tinggi dan memiliki ide cemerlang yang berkomitmen mewujudkan ekosistem digital yang solid dan terintegrasi. Startup digital merupakan lambang inklusivitas di mana latar belakang diri, pendidikan dan keluarga seseorang tidak dipermasalahkan. Kualitas yang paling penting adalah kemampuan memanfaatkan teknologi untuk menyediakan solusi atas suatu masalah.

Merintis tren sebelum hal itu menjadi tren

Apa yang membuat sebuah startup berkelanjutan dan sukses? Satu hal yang pasti, dibutuhkan lebih dari sekedar otak cemerlang. Setelah mengamati bertahun-tahun, kami yakin bahwa individu yang layak diberikan kesempatan sukses adalah mereka yang memiliki kualitas berikut: mampu mengenali masalah yang sedang terjadi dalam masyarakat, merumuskannya, dan mencari cara untuk memecahkannya melalui bantuan teknologi. Namun, ada satu hal lain yang harus diperhitungkan. Pendiri startup yang lihai mampu mengidentifikasi masalah dan merintis tren. Jika mereka hanya mulai mendirikan startup ketika masalah tersebut sudah menjadi tren, mereka sudah terlambat. Ketika sesuatu sudah terbaca jelas, kamu sudah tertinggal. Sebagai contoh, membangun e-commerce berkonsep marketplace saat ini bukan keputusan yang bijak karena Tokopedia tidak terkalahkan.

COVID-19, ekosistem digital yang solid dan lahirnya startup baru

Membentuk ekosistem digital yang solid dan terintegrasi memerlukan banyak waktu, kerja keras dan perencanaan matang. Penelitian harus dilakukan sebelum tahap pengerjaan dimulai. Ekonomi digital di setiap negara berawal dari dibangunnya e-commerce, ini alasan mengapa Tokopedia adalah investasi dan proyek pertama kami. Sekarang, banyak startup binaan kami saling bahu-membahu untuk mewujudkan ekosistem digital yang kokoh. Salah satu contoh yang paling anyar tentunya adalah bergabungnya dua raksasa teknologi Indonesia, Gojek dan Tokopedia, yang sekarang dikenal sebagai GoTo. Ekosistem digital yang baru dibentuk ini memiliki total pengguna lebih dari 100 juta dan bercita-cita untuk memberikan solusi atas rumusan masalah serta menyediakan layanan yang fungsional dan mudah digunakan. GoTo membentuk ekosistem digital yang terintegrasi untuk meningkatkan layanan pengguna. Tokopedia adalah marketplace untuk berjualan dengan jumlah penggunanya yang melimpah. Untuk memaksimalkan kredibilitas platform supaya pembeli akhirnya melakukan transaksi, Tokopedia meluncurkan fitur seperti video review agar pembeli lainnya bisa mengetahui rupa suatu barang. Lalu, ketika pembeli hendak melakukan transaksi, pembeli memiliki opsi pembayaran dengan GoPay. Alur yang dipikirkan secara matang seperti ini lah yang membangun ekosistem digital yang baik.

COVID-19 terbukti sebagai game reset. Pandemi ini melemahkan kita sementara waktu untuk menjadikan kita lebih kuat. Masa-masa sulit ini juga memaksa masyarakat menghentikan aktivitas berisiko tinggi seperti pertemuan tatap muka dan mengarahkan kita untuk melakukan semuanya secara online. Pandemi juga terbukti mempercepat laju startup dan adopsi digital. Menurut penelitian kami dalam East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2021, transformasi digital terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan baru terjadi pada tahun 2023.

East Ventures berkomitmen untuk membantu startup dalam mengidentifikasi masalah, beradaptasi terhadap krisis dan bangkit dengan kekuatan baru. Selama para pendiri berkarakter tangguh, memiliki pengetahuan luas dan disiplin, masa-masa penuh tantangan ini hanya akan mengantarkan mereka ke sesuatu yang lebih besar. COVID-19 menggerakkan akselerasi digital yang memungkinkan terciptanya infrastruktur digital di Indonesia. Sampai saat ini, lebih dari 200 juta penduduk Indonesia sudah akrab dengan internet, peningkatan yang sangat signifikan jika mengingat jumlah pengguna internet di tahun 2009.

Bergabungnya Gojek dan Tokopedia menandakan awal dari ekonomi digital yang menjanjikan bagi Indonesia. Hal ini juga membuktikan betapa menguntungkan dan berpotensinya ekonomi digital negara ini kedepannya. Kelahiran startup luar biasa yang lebih banyak baru saja dimulai, dan dari sini, kita akan terus melesat.