‘Impact investing akan tetap bertahan’: Melisa Irene

24 Mei, 2021

Investasi berdampak sosial (impact investing) mematahkan persepsi bahwa keuntungan dan dampak sosial tidak bisa dijalankan bersamaan. Sebagai perusahaan modal ventura paling aktif di Indonesia, East Ventures percaya pentingnya berinvestasi di perusahaan yang tepat, tidak hanya untuk mengejar profit, tapi juga untuk memberikan dampak sosial.

Dampak ekonomi dan sosial adalah dua sisi dari mata uang yang sama ketika kita membahas investasi di Indonesia. Sebagai negara berkembang, Indonesia penuh dengan potensi: di antara populasi generasi muda yang besar, terdapat jutaan wirausahawan dengan ide-ide hebat yang tidak hanya bermanfaat bagi diri mereka sendiri tetapi juga bagi masyarakat. Apa yang terjadi di Indonesia adalah ketika sebuah startup muncul dengan solusi baru untuk permasalahan yang ada, sebenarnya mereka juga akan memberikan dampak yang besar bagi masyarakat luas.

Peluang yang unik

Dalam beberapa tahun terakhir, fokus untuk melakukan pendekatan lingkungan, social, dan governance (ESG) semakin meningkat, bahkan di antara investor mainstream dan pemodal ventura. Menurut saya, ini menandakan bahwa impact investing telah menjadi sangat penting bagi perusahaan yang tumbuh sangat baik sehingga mereka menarik lebih banyak investor. Secara global, pekerjaan yang menuntut investasi berkelanjutan juga meningkat. Bagi saya, impact investing akan tetap bertahan.

Salah satu contoh dari portofolio East Ventures adalah Kudo – yang diakuisisi oleh Grab pada tahun 2017. Sebagai platform online to offline (O2O), Kudo berhasil menjangkau pelanggan di Indonesia yang belum memiliki rekening bank dan kurang paham teknologi. Kehadiran Kudo dan agen digitalnya membuat segmen penduduk ini dapat menikmati manfaat ekonomi digital sekaligus membantu meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia.

Kisah Kudo hanyalah salah satu dari banyak contoh dalam ekosistem East Ventures. Kami berinvestasi di Indonesia dengan keyakinan dapat menjadi bagian dari revolusi ekonomi digital tanah air melalui berbagai perusahaan startup di sektornya masing-masing. Kami juga memiliki  keyakinan bahwa perusahaan tempat kami berinvestasi akan dapat membuat dampak sosial yang luar biasa di negara ini.

Impact investing menawarkan peluang unik: di sini Anda memiliki perusahaan yang dapat membuat perbedaan melalui dampak langsung di tengah pasar yang potensial.

Risiko dan edukasi pasar yang lebih lambat

Photo courtesy of Waste4Change

Saat ini, ada sekitar 20 perusahaan dalam portofolio East Ventures yang kami kategorikan sebagai startup dengan dampak sosial. Selain berfokus pada dampak sosial, perusahaan-perusahaan ini juga harus memiliki model bisnis yang dirancang untuk berkembang (scale up). Di antaranya adalah Warung Pintar, Sayurbox, Xurya, Aruna, dan Waste4change.

Namun, kami juga harus mengakui bahwa ada risiko yang mempengaruhi investasi. Sudah jelas bahwa ada risiko yang melekat saat berinvestasi di perusahaan. Selain risiko dasar ini, ada juga waktu tambahan yang diperlukan untuk mengedukasi pasar sehingga tahap monetisasi menjadi lebih lambat. Startup juga harus membangun kemitraan dengan para pemangku kepentingan di bidangnya agar dapat berkolaborasi dengan baik. Semua ini membutuhkan waktu dan harus dilakukan sebelum benar-benar menjalankan operasional.

Semua faktor ini tercermin dalam Waste4Change. Sebagai perusahaan pengelola sampah, Waste4Change harus bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan di masyarakat. Karenanya, Waste4Change juga membutuhkan beberapa model bisnis untuk bekerja sekaligus, dari business to consumers (B2C), business to business (B2B), hingga business to government (B2G).

Manajemen risiko dalam impact investing

Manajemen risiko adalah kunci investasi apa pun. Dalam membuat keputusan investasi pada perusahaan sosial (social enterprises), kami mengacu pada filosofi investasi di East Ventures: kepribadian founder dan potensi pasar.

Pertama, kami melihat pengusahanya. Bisakah pengusaha ini menggerakkan bisnis? Ini adalah prinsip investasi dasar yang kami gunakan baik dalam investasi konvensional maupun impact investing.

Kedua adalah potensi pasar. Perusahaan harus melakukan riset dengan baik agar dapat memberikan dampak langsung melalui bisnis. Tidak hanya fokus pada startup yang memiliki solusi yang tepat, kami juga melihat pasar yang ditargetkan startup dapat menjadi besar sehingga mereka dapat terus bertumbuh.

Misalnya, dalam kasus Waste4Change, kami menyadari bahwa ada potensi besar untuk pengelolaan sampah dan kesiapan pasar terhadap solusi tersebut. Saat itu, banyak perusahaan multinasional (MNC) yang mendapatkan tekanan untuk mengelola sampahnya secara bertanggung jawab.

Photo courtesy of Aruna

Kasus lainnya adalah Aruna yang membantu para nelayan mendapatkan mata pencaharian yang lebih baik dengan mengekspor produk mereka secara langsung. Hal ini menjawab masalah yang sudah berlangsung lama di Indonesia, dimana para nelayan mengalami kesulitan dalam menjual produknya dengan harga yang pantas karena minimnya infrastruktur dan adanya tengkulak yang memotong pendapatan mereka dalam jumlah yang besar.

Sebagai social enterprises, Waste4Change dan Aruna hadir pada waktu yang tepat sehingga tidak membutuhkan waktu edukasi pasar yang lama. Pada akhirnya, risikonya pun tidak sebesar yang kami kira semula berkat dua faktor yang disebutkan di atas.

Hal lain yang kami pertimbangkan sebagai salah satu cara untuk meminimalisir risiko adalah kolaborasi. Setelah startup bergabung dalam ekosistem East Ventures, ada banyak peluang kolaborasi dengan perusahaan lain dalam portofolio kami. Idealnya, sebuah startup dapat membantu perusahaan lain untuk bekerja dan berkembang dengan kapabilitas bersama.

***

Kesimpulannya, impact investing tidak jauh berbeda dengan investasi konvensional. Selain fokus pada dampak sosial, impact investing juga harus memenuhi syarat dasar investasi konvensional: model bisnis yang memadai dan kemampuan untuk berkembang yang akan memberikan keuntungan bagi perusahaan dan juga investor.

Namun bagi wirausaha sosial, keuntungan bukan hanya sekadar finansial tetapi juga sebagai cara untuk menjamin keberlangsungan perusahaan agar dapat terus memberikan dampak sosial. Dari sisi investor, walaupun keuntungan modal (capital gain) merupakan suatu kebutuhan, namun dampak sosial yang diberikan startup dapat menjadi cara lain untuk mengukur keberhasilan investasi.

Bagi East Ventures, kami masih dalam tahap mengembangkan kemampuan kami sendiri dan mengukur dampak yang dapat kami buat. Kami percaya bahwa impact investing sejalan dengan tujuan kami untuk mewujudkan kesetaraan ekonomi digital bagi seluruh masyarakat Indonesia, dan kami berkomitmen untuk memberikan dampak yang lebih besar.

***

Ditulis oleh Melisa Irene, Partner of East Ventures.